Baterai bekerja berdasarkan reaksi kimia yaitu reaksi redoks yang terjadi baik selama pengisian maupun selama pengosongan. Reaksi kimia pada akumulator tersebut bersifat reversible, artinya reaksi kimia yang terjadi selama pengisian sangat berlawanan dengan reaksi yang terjadi pada saat pengosongan.
Apakah baterai mengandung zat kimia?
Baterai iPhone 6. © ifixyouri Merdeka.com – Baterai adalah barang yang cukup banyak dipakai dalam kehidupan. Mulai dari smartphone, jam dinding, dan banyak gadget lainnya. Nah, sampah baterai pun akhirnya tak terhindarkan. Masalahnya, baterai bekas sebenarnya adalah sampah B3, atau Bahan Berbahaya dan Beracun. Justru, masih banyak yang belum mengetahui bagaimana bahaya baterai bekas tersebut. Sehingga, ketika sudah tidak terpakai langsung dibuang ke tempat sampah, bercampur dengan sampah rumah tangga lainnya. Faktanya, baterai mengandung unsur-unsur yang membahayakan lingkungan maupun diri kita sendiri.
Yang perlu kita ketahui pertama adalah, baterai terdiri dari 2 (dua) jenis utama, yakni baterai primer yang hanya dapat digunakan sekali dan dibuang. Contohnya adalah baterai alkaline yang digunakan untuk senter maupun berbagai alat portabel lainnya. Jenis kedua adalah baterai sekunder yang dapat digunakan dan diisi ulang beberapa kali.
Contohnya adalah baterai timbal-asam pada kendaraan dan baterai ion litium pada elektronik portabel. Pada baterai primer terdapat unsur zinc, karbon, campuran MnO2 (Mangan Dioksida), serbuk karbon dan NH4Cl (Ammonium Klorida). Sementara, baterai yang dapat diisi ulang mengandung cadmium, Nikel dan alkaline (potassium hidroksida).
Semua komponen-komponen penyusun baterai ini, akan berdampak negatif bila mencemari lingkungan, misalnya kadmium dan mangan. Kenaikan konsentrasi kadmium dalam tanah akan memperbesar penangkapan unsur logam tersebut oleh tanaman dan selanjutnya memasuki rantai makanan. Dampak yang muncul apabila keracunan logam kadmium adalah tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, kehilangan sel darah merah, gangguan lambung serta kerapuhan tulang.
Mangan dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan keracunan dan kerusakan saraf pada manusia. Lalu, bila keracunan mangan maka akan terjadi halusinasi, pelupa serta keracunan saraf. Mangan juga dapat menyebabkan parkinson, emboli paru-paru dan bronkitis.
Dalam jangka panjang, kelebihan mangan dapat mengakibatkan impoten. Suatu sindrom lain yang disebabkan oleh mangan adalah memiliki gejala seperti skizofrenia, kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan insomnia. Adapun dalam baterai sekunder seperti baterai Li-Ion yang kerap digunakan untuk ponsel, gadget, laptop, hingga kendaraan kecil maupun besar, di dalamnya terkandung unsur kimia lithium yang mudah bereaksi terhadap oksigen atau air, bahkan guncangan.
Selain itu ada unsur timah, asam sulfat, dan lainnya, yang akan membahayakan tubuh manusia. Jika terhirup, akan menyebabkan penyakit seperti gangguan pernapasan, gangguan otak, bahkan impotensi, termasuk juga gangguan kehamilan dan janin pada perempuan.2 dari 2 halaman
Jelaskan apa yang dimaksud dengan energi kimia?
Energi kimia – Google Arts & Culture Energi kimia adalah energi yang dihasilkan oleh senyawa kimia yang stabil akibat interaksi elektron antaratom atau antarmolekul. Wujud energi kimia hanya dapat terjadi dalam suatu alat penyimpanan energi. Reaksi yang ditimbulkan oleh energi kimia terbagi menjadi reaksi endotermis dan reaksi eksotermis.