Saatnya Kembangkan PLTB di Indonesia – Jumat, 18 Juni 2010 – Dibaca 65793 kali Salah satu energi alternatif untuk menghasilkan listrik adalah energi angin. Secara sederhana angin didefinisikan sebagai udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara rendah ke suhu udara tinggi, yang terjadi akibat pemanasan matahari terhadap atmosfir dan permukaan bumi.
- Angin merupakan salah satu bentuk energi yang tersedia di alam yang diperoleh melalui konversi energi kinetik.
- Energi dari angin diubah menjadi energi kinetik atau energi listrik.
- Energi angin dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pengurangan emisi karena tidak dihasilkan emisi CO2 selama produksi energi listrik oleh kincir angin.
Cara kerja pembangkit tenaga angin yang dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) cukup sederhana. Energi angin yang memutar kincir diteruskan untuk memutar baling-baling pada generator di bagian belakang kincir angin, sehingga menghasilkan energi listrik.
- Pemanfaatan angin sebagai energi terbarukan pada tahun 2009 telah menghasilkan energi listrik sebesar 159 GW atau setara 2% konsumsi listrik dunia ( World Wind Energy Association Report/WWEA 2010).
- Angka tersebut diharapkan akan meningkat menjadi 200 GW pada tahun 2010.
- Amerika, China, Jerman dan Spanyol merupakan negara paling besar yang memanfaatkan energi angin, baik onshore maupun offshore,
Kapasitas energi listrik yang di hasilkan dari satu kincir angin dengan baling-baling berdiameter 127 meter di Belanda yang berada di offshore mencapai sekitar 6 MW (ECN, Factsheet Wind Energy ). Saat ini sedang dikembangkan baling-baling dengan diameter 150 meter yang diharapkan dapat membangkitkan listrik dengan kapasitas sekitar 10 MW.
Indonesia yang memiliki pantai sepanjang 80.791,42 km merupakan wilayah potensial untuk pengembangan PLTB. Kecepatan angin di Indonesia secara umum antara 4 m/detik hingga 5 m/detik. Namun di daerah-daerah tertentu seperti di pantai kecepatan anginnya dapat mencapai 10 m/detik. Dengan kecepatan tersebut, pembangunan pembangkit listrik tenaga angin masih kurang ekonomis.
Namun, jika dibangun dengan ketinggian tertentu dan diameter baling-baling yang besar dapat dihasilkan energi listrik dengan potensi kapasitas 10-100 kW. Pada tahun 2009, kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin di seluruh Indonesia mencapai 1,4 MW (WWEA 2010) yang tersebar di Pulau Selayar (Sulawesi Utara), Nusa Penida (Bali), Yogyakarta, dan Bangka Belitung.
Contents
Apa yang kalian ketahui tentang pembangkit listrik tenaga angin atau bayu?
Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini dapat mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin.
Apakah ada pembangkit listrik tenaga bayu?
Indonesia telah menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Salah satu pulau dengan potensi EBT besar adalah Sulawesi, dengan keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan PLTA Pemprov Sulawesi Selatan terus mendorong pengembangan EBT di wilayahnya, terutama PLTB. Meski bauran EBT di Sulawesi, khususnya di Sulsel telah mencapai target pemerintah sebesar 23 persen dari total penggunaan listrik. Setelah PLTB Sidrap yang merupakan pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia dan PLTB Tolo di Kabupaten Jeneponto, ada potensi EBT tenaga angin di perbatasan Kabupaten Soppeng, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Kepulauan Selayar Produksi listrik dari PLTB bergantung kondisi angin, yang mengikuti pola dua musim di Indonesia yaitu musim angin kecil saat musim hujan dan musim angin besar saat kemarau.
Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai sumber energi ramah lingkungan kini telah banyak dikembangkan berbagai negara, termasuk Indonesia yang menargetkan bauran EBT mencapai 23 persen pada 2025. Ada dua pembangkit listrik EBT bertenaga angin di Indonesia ada di Sulawesi Selatan (Sulsel), yakni Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) dan PLTB Tolo di Kabupaten Jeneponto.
- Selain memasok listrik kepada masyarakat, kehadiran dua PLTB itu menciptakan lingkungan bersih tanpa polusi karena tanpa emisi BBM.
- Namanya energi ramah lingkungan, itu kita harus dukung, karena ke depan kita ingin ciptakan langit biru,” ungkap Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah, pada pertengahan Agustus 2020.
Selain PLTB, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel sendiri mendukung pengembangan EBT dengan keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di Kabupaten Wajo, PLTA di Bakaru dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di beberapa wilayah Sulsel.
Pemprov Sulsel komitmen membuka peluang dan terus mendorong para investor mengembangkan EBT karena tanpa polusi sehingga udara lebih sehat. “Saya sangat mengapresiasi jika energi terbarukan ini bisa kita kembangkan. Kita berharap bisa memanfaatkan energi terbarukan, supaya tidak menambah kerumitan lingkungan kita.
Meski beberapa smelter telah bersifat electrical, artinya tingkat pencemaran itu sangat rendah, apalagi didukung dengan energi terbarukan,” urai Gubernur Sulsel. Pulau Sulawesi dinilai memiliki kekayaan energi yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai EBT, seperti wilayah Sulawesi Selatan kaya energi angin dan wilayah Manado Sulawesi Utara kaya energi surya.
Senior Manager Operasi Sistem Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran Perusahaan Listrik Negara (PLN), Nurdin Pabi mengemukakan ada beberapa titik wilayah Indonesia yang sangat kaya dengan energi angin, yakni di bagian Selatan Sulawesi, bagian timur Indonesia (Tual) dan beberapa wilayah di Pulau Jawa.
“Tahun 2038, rencananya posisi energi terbarukan akan meningkat menjadi 28 persen dan energi batu bara akan diturunkan. Porsi dari energi terbarukan di Sulawesi khususnya di Sulsel akan semakin meningkat,” sebutnya. Berkah angin yang diberikan Tuhan di tanah tandus Kabupaten Jeneponto mampu menghasilkan angin konstan dengan kecepatan angin di atas 10 m/s.
Sementara daerah lain seperti Barru, Sidrap dan Parepare potensi anginnya mendekati 7,8 m/s. Sistem kelistrikan Sulawesi Selatan melalui PLTB di dua lokasi yakni Sidrap dan Jeneponto memiliki daya mampu sebesar 130 MW, terdiri dari PLTB Sidrap 70 MW dan PLTB Tolo 60 MW. Daya sebesar itu mampu menerangi 130.000 pelanggan rumah tangga dengan asumsi produksi PLTB Sidrap 70 MW menerangi 70.000 rumah dan PLTB Tolo untuk 60.000 rumah, hanya saja listrik dari PLTB sangat ditentukan oleh kondisi angin.
Kehadiran PLTB Sidrap sebagai pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia dengan 30 turbin kincirnya turut memberi sumbangsih besar terhadap bauran energi terbarukan di Sulawesi Selatan. Baca juga: Melihat Pembangkit Listrik Angin di Sidrap, Berikut Foto-Fotonya Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap I. Dok: Kementerian ESDM Capai Target Nasional PT UPC Sidrap Bayu Energi yang merupakan perusahaan SPV bentukan konsorsium UPC Renewables sebagai pengembang PLTB Sidrap telah memproduksi listrik dengan total 554.689 GW sejak beroperasi pada Agustus 2018 hingga 11 Agustus 2020.
“Tahun 2019 itu bahkan terjadi surplus yang hanya menargetkan produksi listrik sebanyak 240.000 GW sedangkan capaiannya hingga 250.002 GW,” ungkap Kepala Cabang UPC Sidrap Bayu Energi, Hamiruddin. Pada rinciannya, produksi listrik PLTB Sidrap di tiga tahun ini yaitu tahun 2018 menghasilkan 187.981 GW, tahun 2019 sebanyak 250,002 GW dan tahun 2020 hingga 11 Agustus 2020 telah diproduksi 116.706 GW dari target produksi 231.141 GW.
Berdasarkan produksi listrik yang dihasilkan tahun 2020, tampak tren produksi listrik mengalami sedikit penurunan sehingga target yang ditetapkan juga menurun yakni 231.141 GW. “Karena soal angin itu bukan kita yang pastikan, kita sekarang sudah di angka 116 GW dan target kita 231 GW, jadi tersisa 115 GW lagi untuk mencapai target produksi listrik PLTB Sidrap tahun 2020 ini,” katanya. Presiden Joko Widodo saat meresmikan PLTB Sidrap 2 Juli 2018. Dok: Wantannas RI Ditentukan Angin Hasil produksi listrik PLTB tentu bergantung pada angin, termasuk pada pola dua musim di Indonesia ikut menentukan produksi PLTB di Sidrap. Musim di Kabupaten Sidrap secara umum terlihat nyata dengan kategori musim angin kecil dan musim angin besar.
Musim angin kecil itu terjadi pada saat musim penghujan. Meski kondisi angin tampak kencang tetapi diketahui tidak datang dari arah yang konsisten, sehingga sangat jarang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di PLTB Sidrap. Kondisi itu berada pada akhir bulan November hingga awal Maret. Kepala Cabang PT Bayu Energi, Hamiruddin mengatakan ada masa-masa produksi yang menurun, seperti pada 2018 terjadi di bulan November dan Desember.
Selanjutnya di tahun 2019 berlangsung hingga April. “Tahun 2019, terendah itu di bulan Februari, Maret serta akhir tahun yakni November dan Desember. Sedangkan tahun 2020 itu di bulan Februari hingga April. Jadi mungkin diprediksi November dan Desember juga terendah,” ujarnya.
- Sedangkan kategori angin besar yang menjanjikan produksi listrik hingga kerap kali mencapai surplus terjadi di musim kemarau yakni antara akhir Mei hingga Oktober dan November.
- Seperti yang terjadi di bulan Mei 2020 hingga sekarang berada pada kondisi angin besar yang diprediksi akan berlangsung hingga Oktober.
Tahun 2020 ini, PLTB Sidrap tercatat telah berhasil memproduksi 116.706 GW per 11 Agustus dari total target 231 GW. “Ada peralihan antara musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya, itu biasanya angin sedikit terjadi. Bahkan pada peralihan dua musim tersebut terjadi masa transisi yang sering tidak ada angin,” tambah Kepala Pengembangan Proyek PT UPC Renewables, Niko Priyambada.
- Apasitas pembangkit tenaga angin yang fluktuatif dan pembangkitannya bergantung pada angin, sehingga pada musim kemarau mampu memproduksi 75 MW hampir setiap hari dan pada musim hujan hanya mampu berproduksi sebagian dari kapasitas tersebut.
- Naik turunnya produksi ini tidak berdampak kepada masyarakat, sebab penyaluran listrik melalui PLTB Sidrap melalui PLN dan tentu sebelum digunakan masyarakat, hasil EBT PLTB Sidrap masuk dalam satu sistem kelistrikan bersama sumber energi listrik lainnya di Sulsel,” katanya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pihak UPC Renewables, produksi yang dihasilkan tersebut tidak jauh berbeda dari hasil penelitian terhadap pola angin musiman, sehingga hasil produksi PLTB Sidrap pada dua tahun terakhir dijadikan sebagai referensi untuk 28 tahun mendatang sesuai kontrak operasi selama 30 tahun. Seorang pekerja, berjalan di bawah baling-baling turbin saat konstruksi berlangsung.Foto: Eko Rusdianto/ Mongabay Indonesia Potensi PLTB Keberadaan angin yang melimpah menjadi ‘angin segar’ bagi para pengembang untuk melakukan ekspansi hingga pembangunan PLTB baru di beberapa wilayah Sulawesi Selatan.
Salah satunya, PT UPC Renewables sebagai pihak swasta yang mengkoordinir PLTB di Kabupaten Sidrap telah melirik beberapa tempat dengan potensi pengembangan PLTB di Sulawesi Selatan. Riset yang telah dilakukan PT UPC Renewables sejak 2013 dalam mengukur kondisi angin pada sejumlah daerah di Sulsel menemukan beberapa daerah dengan kondisi angin konstan dan sangat bagus untuk pengembangan PLTB.
Seperti di selatan Sidrap yang berbatasan dengan Kabupaten Soppeng, meski ada PLTB Tolo di kabupaten Jeneponto, namun dinilai masih memungkinkan untuk pengembangan PLTB di kawasan tersebut. Termasuk Kabupaten Takalar yang berbatasan dengan Jeneponto dan Kabupaten Kepulauan Selayar dinilai punya potensi besar dalam menghasilkan kapasitas listrik.
Tantangan kami untuk menambahkan kapasitas yang boleh dikembangkan atau dibangun itu dari PLN dan pemerintah,” kata Kepala Pengembangan Proyek PT UPC Renewables, Niko Priyambada. Dia mengemukakan meski potensi angin di Kabupaten Takalar sangat bagus, namun pihak PT UPC Renewables dipastikan akan sulit memperoleh izin pengembangan PLTB karena wilayah itu menjadi kawasan latihan terbang TNI AU.
Sehingga bangunan dengan ketinggian tertentu dibatasi. Pada peraturannya, ketinggian 75 meter tidak memungkinkan untuk pembangunan di Kabupaten Takalar, sementara tinggi tiang turbin beserta baling-baling pada posisi di atas mencapai 130 meter. Potensi lainnya yakni di Kabupaten Kepulauan Selayar dengan kapasitas yang sangat besar, digadang-gadang mampu menghasilkan kapasitas listrik sebanyak 100-200 MW.
Pengembangan PLTB Selayar dipikirkan untuk perencanaan jangka panjang sesuai kondisi demografis sebagai wilayah kepulauan. Pada perencanaannya, sambungan kabel bawah laut untuk disambungkan ke wilayah darat yakni Kabupaten Bulukumba. Selanjutnya pembangkit listrik di Selayar akan memasok listrik ke Sulawesi.
“Ini kami usulkan ke PLN, kita harapkan program raksasa ini bisa terlaksana karena kapasitas listrik 100-200 MW itu ada. Namun distribusinya juga harus jelas, apakah PLN siap membeli listrik dari hasil PLTB Selayar nantinya,” ujar Niko Kapasitas listrik yang besar dari potensi PLTB di Selayar juga menjadi ‘bumerang’, sebab tidak sesuai dengan kebutuhan daya yang dihasilkan.
Ini karena Selayar diperkirakan hanya butuh pasokan listrik maksimum 6 MW dan akan mengalami kesulitan untuk memasok listrik ke wilayah lain sebagai kabupaten kepulauan. Selain itu, juga akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di Pulau Sulawesi untuk menambah pasokan listrik sebesar itu. Meski demikian, peluang pengembangan PLTB di Sulawesi cukup besar.
PLN diketahui telah membangun jaringan yang menghubungkan tiga provinsi di Pulau Sulawesi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat hingga Sulawesi Tenggara pada 2019 lalu. Sehingga dipastikan memungkinkan peningkatan industri dengan penggunaan listrik yang lebih besar.
Terkait potensi ini, PT PLN harus lebih dulu menyusun proyeksi jumlah kebutuhan listrik ke depan, sebab hanya sebagian atau tidak semuanya kebutuhan listrik masyarakat bisa dipasok dari energi listrik terbarukan. Khususnya pada PLTB, karena kapasitas listrik yang dihasilkan sangat tergantung dengan kondisi angin.
“Sebagian kebutuhan listrik masyarakat harus diisi oleh pembangkit listrik yang sifatnya based load artinya pembangkit yang beroperasi 24 jam tanpa berhenti seperti penggunaan batubara, minyak diesel, air dan panas bumi,” katanya. Salah seorang petani sedang memanen jagung, dengan latar belakang kincir angin PLTB. Foto: Nur S Wardyah Tambah Satu PLTB PLN UIKL Sulawesi merilis pengembangan PLTB di Sulawesi telah disebutkan pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2024, bahwa terdapat penambahan satu slot lokasi untuk pengembangan PLTB di Pulau Sulawesi.
- Mengenai rencana ini, pengembang PLTB Sidrap maupun PLTB Tolo Jeneponto telah sama-sama menyiapkan izin dan lahan untuk pengembangan energi terbarukan dari sumber angin yang telah terbukti bagus.
- Pihak pemerintah bersama PLN terbilang sangat ketat pada penentuan RUPTL tersebut.
- PLN menginginkan prediksi produksi pasti serta jumlah deviasi yang dihasilkan masing-masing PLTB.
Hingga saat ini, PLN belum memastikan penambahan satu slot PLTB di Pulau Sulawesi terkait tempat dan pengembang yang akan ditunjuk untuk pembangunan mega proyek tersebut. “Dalam RUPTL 2019-2024 memang terdapat satu slot PLTB di Sulawesi, tetapi kita belum tahu siapa, bisa jadi Sidrap, bisa jadi Tolo atau malah bisa jadi perusahaan lain,” kata Humas PLN UIKL Sulawesi, Indri Yanto.
Rencana pembangunannya masih belum bisa dipastikan karena dampak wabah pandemi COVID-19 yang mengakibatkan efek domino pada seluruh aspek kehidupan. Tulisan berikutnya: Kejar Target Bauran EBT, Apa yang Ditunggu dari Ekspansi PLTB Sidrap Tahap II? * Nur Suhra Wardyah, penulis adalah jurnalis di Kantor Berita ANTARA Sulsel.
Artikel ini didukung oleh Mongabay Indonesia Artikel yang diterbitkan oleh
Dimana pembangkit listrik tenaga bayu?
Listrik merupakan salah satu komponen terpenting dalam perkembangan teknologi saat ini. Ketergantungan terhadap ketersediaan daya listrik semakin hari semakin meningkat. Perkembangan jumlah penduduk di suatu daerah berbanding lurus dengan kebutuhan energi listrik di daerah tersebut, namun hal tersebut berbanding terbalik dengan penyediaan energi lsitrik.
- Semakin hari cadangann sumber energi terbarukan yang selama ini menjadi bahan bakar utama pembangkit Indonesia makin menipis, maka dirasa perlu menggunakan energi alternatif yang jumlahnya sangat melimpah di alam.
- Untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar minyak, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Salah satu energi altenatif yang kini dilirik pemerintah yaitu tenaga angin atau yang lebih sering disebut tenaga bayu. Dari hasil studi yang telah dilakukan, menunjukkan kecepatan angin di beberapa kawasan timur berpotensi menghasilkan tenaga listrik.
Misalnya Oelbuluk, NTT kecepatan rata-ratanya 6,1 m/s, Sidrap, Sulawesi Selatan kecepatan rata-ratanya 6,43 m/s dan Jeneponto, Sulawesi Selatan rata-ratanya 7,96 m/s (Iqbal dan Adinandra, 2018). Sulawesi Selatan yang merupakan daerah industri di Kawasan Timur Indonesia sering mengalami blackout akibat defisit daya listrik.
Blackout yang terjadi tentu mempengaruhi proses produksi perusahaan industri. Industri yang membutuhkan konsumsi daya listrik yang besar seperti industri olahan pangan dan plastik terkadang harus mengalami hambatan akibat blackout yang berjam-jam (PT.
- Ima, 2017).
- Ditambah juga dengan jumlah konsumen listrik yang terus bertambah.
- Hasil proyeksi jumlah pelanggan listrik tahun 2013-2017 di Sulawesi Selatan terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 6,12% per tahun atau meningkat dari 1.566.389,75 pelanggan pada tahun 2013 menjadi 1.986.773,15 pelanggan pada tahun 2017.
Hal itu mendorong pemerintah membangun instalasi pembangkit listrik tenaga bayu di daerah tesebut. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang dibangun di areal seluas 100 hektar di perbukitan Pabbaresseng, Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap memproduksi daya listrik sebesar 75 megawatt (MW).
- Daya listrik sebesar itu dihasilkan dari 30 turbin angin keluaran Gamesa Lolica Corporation pada menara baja setinggi 80 meter dengan panjang baling-baling 57 meter.
- Sistem interkoneksi PLTB Sidrap memanfaatkan tapping jaringan PLN SUTT 150 KV Sidrap-Maros yang terdiri dari empat sirkuit.
- Dua konduktor zebra sepanjang 3 kilometer (8 tower) menuju T/L 150 KV Sidrap-Maros dan terhubung secara double phi.
Daya yang dihasilkan PLTB ini dialirkan ke sistem Sulawesi bagian selatan yang meliputi sebagian wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah. Selain di Sidrap, pembangkit listrik tenaga angin lainnya terdapat di Kabupaten Jeneponto. PLTB Tolo yang dibangun di areal seluas 60 hektar di Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto ini berkapasitas 72 MW yang terdiri dari 20 turbin angin Siemens SWT-3.6-130 dengan masing-masing berkapasitas 6,3 MW.
- Dengan 60 baling-baling berjenis sovanius (three blade) upwind memiliki rotor yang menghadap arah datangnya angin dengan panjang 63 meter dan tinggi menara 135.
- PLTB ini terkoneksi dengan jaringan transmisi 150 KV yang melalui gardu Induk Jeneponto.
- Ehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) tersebut dapat menambah stok kapasitas daya yang tersedia di wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulseltrabar).
Saat ini beban puncak di Sulawesi Selatan 1.050 MW, sementara daya listrik yang tersedia bisa menyuplai sampai 1.300 MW. Untuk elektrifikasi atau daerah yang teraliri listrik, di wilayah Sulseltrabar sudah mencapai 97%. Sedikit di atas rasio elektrifikasi nasional saat ini yakni kurang lebih 96%.
Apa dampak negatif dari penggunaan PLTB?
Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Angin Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil.
Oleh karenanya tenaga angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan. Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti ke lingkungan. Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin merupakan proses yang paling lama untuk pengembangan proyek energi angin.
Hal ini dapat memakan waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar yang membutuhkan studi dampak lingkungan yang luas. Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari proses manufaktur komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang akan didirikan pembangkit listrik tenaga angin.
- Namun dalam operasinya membangkitkan listrik, secara praktis pembangkit listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan emisi yang berarti.
- Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan batubara, emisi karbon dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini hanya seperseratusnya saja.
- Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen oksida, polutan atmosfir yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan menggunakan batubara ataupun gas.
Namun begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat beberapa masalah yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit listrik, diantaranya adalah dampak visual, derau suara, beberapa masalah ekologi, dan keindahan.
Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik. Penggunaan ladang angin sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan tidak mungkin untuk disembunyikan. Penempatan ladang angin pada lahan yang masih dapat digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi penduduk setempat.
Selain mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan pembangkit angin, penggunaan lahan untuk pembangkit angin dapat mengurangi lahan pertanian serta pemukiman. Hal ini yang membuat pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas. Beberapa aturan mengenai tinggi bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dapat terhambat.
Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga dapat menyebabkan terganggunya cahaya matahari yang masuk ke rumah-rumah penduduk. Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari yang berkelap-kelip dan dapat mengganggu pandangan penduduk setempat. Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi rendah.
Putaran dari sudu-sudu turbin angin dengan frekuensi konstan lebih mengganggu daripada suara angin pada ranting pohon. Selain derau dari sudu-sudu turbin, penggunaan gearbox serta generator dapat menyebabkan derau suara mekanis dan juga derau suara listrik.
- Derau mekanik yang terjadi disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen yang berada dalam nacelle atau rumah pembangkit listrik tenaga angin.
- Dalam keadaan tertentu turbin angin dapat juga menyebabkan interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal televisi atau transmisi gelombang mikro untuk perkomunikasian,
Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data turbulensi angin dan kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan fungsi dari banyak faktor seperti desain sudu, kecepatan perputaran, kecepatan angin, turbulensi aliran masuk. Derau aerodinamis merupakan masalah lingkungan, oleh karena itu kecepatan perputaran rotor perlu dibatasi di bawah 70m/s.
- Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan skala besar dari pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah iklim lokal maupun global karena menggunakan energi kinetik angin dan mengubah turbulensi udara pada daerah atmosfir.
- Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin adalah terhadap populasi burung dan kelelawar.
Burung dan kelelawar dapat terluka atau bahkan mati akibat terbang melewati sudu-sudu yang sedang berputar. Namun dampak ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kematian burung-burung akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan aktivitas manusia lainnya yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil.
Dalam beberapa studi yang telah dilakukan, adanya pembangkit listrik tenaga angin ini dapat mengganggu migrasi populasi burung dan kelelawar. Pembangunan pembangkit angin pada lahan yang bertanah kurang bagus juga dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah tersebut. Ladang angin lepas pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan kapal-kapal yang berlayar.
Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapat mengganggu permukaan dasar laut. Hal lain yang terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah terganggunya kehidupan bawah laut. E fek negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana terjadinya polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah pemasangan turbin angin,
- Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladang pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai menambah 80 – 110 dB kepada noise frekuensi rendah yang dapat mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator laut.
- Namun begitu, l adang angin lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat pertumbuhan bibit-bibit ikan yang baru.
Karena memancing dan berlayar di daerah sekitar ladang angin dilarang, maka spesies ikan dapat terjaga akibat adanya pemancingan berlebih di laut. Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan dan kecelakaan. Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat perputaran telah menyebabkan beberapa kecalakaan dan kematian.
Kematian juga terjadi kepada beberapa penerjun dan pesawat terbang kecil yang melewati turbin angin. Reruntuhan puing-puing berat yang dapat terjadi merupakan bahaya yang perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya. Kebakaran pada turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan akibat tingginya posisi api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis.
Hal ini dapat menyebarkan asap beracun dan juga dapat menyebabkan kebakaran berantai yang membakar habis ratusan acre lahan pertanian. Hal ini pernah terjadi pada Taman Nasional Australia dimana 800 km 2 tanah terbakar. Kebocoran minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan terjadinya polusi daerah setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air minum.
Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil, dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan energi angin dalam kelistrikan telah turut serta dalam mengurangi emisi gas buang. Penggunaan inovasi dalam teknologi, bagaimanapun selalu memunculkan permasalahan baru yang memerlukan pemecahan dengan terknologi baru lagi.
Oleh karena itu kita sebagai orang-orang yang bergerak di bidang science dan teknologi haruslah dapat terus mengembangkan teknologi yang lebih ramah lingkungan yang memiliki efek negatif sekecil mungkin. sumber : www.indoenergi.com : Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Apa sumber energi yang digunakan untuk pembangkit listrik tersebut?
8 Macam Pembangkit Listrik dan Cara Kerjanya, Jadi Sumber Energi Alternatif Deretan turbin di area Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo 1 di Jeneponto, Sulawesi Selatan, Jumat (21/9). PLTB Tolo 1 akan menjadi kebun angin skala besar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap.
Liputan6.com/Pool/ESDM) Liputan6.com, Jakarta Macam perlu kamu kenali, karena hal ini berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Energi listrik yang kamu gunakan sehari-hari dihasilkan dari berbagai metode dan sumber yang terdapat di sekelilingmu. Sumber ini dibagi menjadi dua, yaitu energi terbarukan (tenaga angin, tenaga surya) dan energi tak terbarukan (bahan bakar fosil).
Pembangkit listrik dapat diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi tersebut. Macam pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber. Contohnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air, Pembangkit Listrik Tenaga Surya, hingga Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
- Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (6/9/2021) tentang macam pembangkit Pekerja merawat solar cell di Pembangkit Listrik Tenga Surya (PLTS) 1 MWp, Bangli, Bali, Selasa (31/8/2021).
- PLTS 1 MWp ini dikelola secara mandiri oleh BUMD Perusahaan Daerah Bhukti Mukti Bhakti di bawah Pemkab Bangli.
(merdeka.com/Arie Basuki) Pembangkit Listrik Tenaga Air Macam pembangkit listrik yang pertama adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Energi air atau disebut dengan hydropower, merupakan macam sumber energi yang dihasilkan dari kekuatan air. Untuk menghasilkan energi ini biasanya dilakukan dengan membuat bendungan untuk menampung air.
Air dalam bendungan tersebut kemudian digabungkan dengan pipa air yang diarahkan menuju turbin. Makin banyak air yang mengalir pada turbin, energi yang dihasilkan akan makin besar. Jadi, energi jenis ini sangat bergantung pada pasokan air yang ada. Pada umumnya, macam pembangkit listrik ini dipasang tepat di sebelah sumber air yang cukup besar seperti bendungan, waduk, atau sungai dengan aliran air yang cukup deras.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Macam pembangkit listrik berikutnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Tenaga matahari merupakan energi yang tak terbatas. Energi ini juga bisa digunakan sebagai sumber tenaga listrik. Hanya saja perlu biaya yang mahal untuk bisa membangun reaktornya.
Faktor cuaca juga menjadi salah satu hambatannya. Berbeda dengan sumber alam seperti batu bara dan minyak yang diperkirakan dapat habis, tenaga matahari terbilang tidak bisa habis. Sudah lama matahari digunakan sebagai sumber utama penghasil energi di bumi. Umum dikenal dengan tenaga surya, macam energi ini digunakan manusia untuk menghasilkan listrik di samping tenaga-tenaga lainnya seperti air, angin, uap, juga nuklir.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin merupakan macam pembangkit listrik selanjutnya. Angin merupakan salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, dan sedang dikembangkan di beberapa negara. Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sangat besar, di antaranya energi angin dan panas bumi.
Namun, saat ini pemanfaatannya belum optimal. Beberapa proyek pembangkit tenaga angin dibangun di Indonesia, di antaranya di Sulawesi Selatan. Pembangkit tersebut diantaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap 75 Mega Watt (Mega Watt/MW). PT Pertamina Gothermal Energy (PGE) menambah satu Wilayah Kerja (WK) Geothermal dalam rangka meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sehingga saat ini PGE mengoperasikan 15 WK.
Dok Pertamina Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Macam pembangkit listrik selanjutnya adalah panas bumi. Indonesia menjadi negara terbesar kedua penghasil listrik energi panas bumi di dunia, menyalip Filipina dengan kapasitas PLTP 1.600 MW. Pengamat ekonomi James Adam mengatakan Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur menjadi kota yang layak untuk dikembangkan sebagai pusat sumber daya energi terbarukan terutama panas bumi.
- Sebab, Flores ini memiliki 16 titik potensi panas bumi yang tersebar.
- Flores juga telah ditetapkan sebagai Pulau Panas Bumi, karena pulau itu berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber listrik maupun sumber non listrik.
- Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tenaga uap merupakan macam pembangkit listrik berikutnya.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menggunakan energi uap dari hasil kinerja pompa air yang akan berkumpul dengan batu bara serta minyak. Hasil pemanasan yang bertujuan untuk mendapatkan suhu tinggi tersebut kemudian dibakar dan disemprotkan menjadi energi uap.
- Energi uap tersebut lantas akan menggerakkan turbin hingga berkumpul dan berpotensi untuk menjadi energi listrik yang disimpan pada generator.
- Namun, sebenarnya macam pembangkit listrik yang satu ini kurang dapat disebut sebagai penghasil energi listrik yang ramah lingkungan.
- Sebab, uap yang dihasilkan cukup berbahaya apabila terhirup oleh manusia.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera berkapasitas 2×20 Mega Watt (MW). (Agustina Melani/Liputan6.com) Pembangkit Listrik Tenaga Gas Macam pembangkit listrik berikutnya memanfaatkan bahan bakar fosil sebagai sumber energi, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas.
- Beberapa bahan bakar fosil yang digunakan antara lain minyak, batu bara, hingga gas alam.
- Bahan bakar fosil tersebut kemudian dibakar bersama dengan gas dalam pembangkit listrik tenaga gas (PLTG).
- Hasil dari pembakaran tersebut kemudian disaring melalui filter udara khusus agar dapat masuk dan menggerakkan turbin atau generator.
Sumber energi berupa gas tersebut diklaim memiliki tekanan yang cukup kuat dalam menggerakkan turbin yang kemudian diubah menjadi energi listrik yang besar pula. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Macam pembangkit listrik berikutnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Pembangkit listrik ini membutuhkan bahan bakar solar untuk menggerakkan turbin. Setelah mampu bergerak menggunakan bahan bakar solar, maka mesin diesel akan memproduksi energi murni yang mekanis untuk menggerakkan turbin generator hingga menghasilkan daya listrik. Namun, solar merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbarui serta cukup membutuhkan biaya yang tinggi.
Jadi, pembangkit listrik ini sudah agak jarang digunakan karena biaya operasional yang cukup tinggi dan tidak ramah lingkungan. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Macam pembangkit listrik yang selanjutnya adalah gelombang. Energi gelombang merupakan pemanfaatan gelombang laut yang pasang.
- Penggunaannya memang tidak merusak lingkungan, tapi dalam memanfaatkan gelombang ini membutuhkan anggaran yang cukup besar untuk membangun reaktornya.
- Selain itu juga kecepatan ombak yang tidak stabil juga menjadi salah satu kendala.
- Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian untuk memanfaatkan laut sebagai sumber energi.
Hal itu tertuang dalam Peta Potensi Energi Laut 2014 yang telah diluncurkan. Proyek pemanfaatan energi laut tertuang dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional yang telah disetujui oleh DPR menjadi PP. Kebijakan ini mengakomodir pengembangan energi laut melalui pilot percontohan, peluncuran peta energi nasional : 8 Macam Pembangkit Listrik dan Cara Kerjanya, Jadi Sumber Energi Alternatif
Dari mana asal sumber energi listrik?
Sumber Energi listrik atau tenaga listrik adalah salah satu jenis energi utama yang dibutuhkan bagi peralatan listrik atau energi yang tersimpan dalam arus listrik dengan satuan ampere (A) dan tegangan listrik dengan satuan volt (V), dengan ketentuan kebutuhan konsumsi daya listrik dengan satuan watt (W) untuk menggerakkan motor, lampu penerangan, memanaskan, mendinginkan atau menggerakkan kembali suatu peralatan mekanik untuk menghasilkan bentuk energi yang lain.
Energi listrik menjalankan peralatan rumah tangga, peralatan perkantoran, mesin industri, kereta api listrik, lampu umum, alat pemanasan, memasak, dan lain-lain. Energi yang dihasilkan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air, minyak, batu bara, angin, panas bumi, nuklir, matahari, dan lainnya.
Satuan pokok energi listrik adalah Joule, sedangkan satuan lain adalah KWh (Kilowattjam). Listrik untuk industri dan perumahan dihasilkan dari pembangkit listrik, misalnya PLTA, PLTB, PLTD (diesel), PLTM, PLTS (surya), PLTU, dan lainnya. Energi listrik merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan sehari-hari.
- Beragam kebutuhan dalam kehidupan memerlukan listrik untuk tetap berjalan.
- Beberapa pekerjaan rumah seperti menyetrika, mencuci, menyimpan makanan, semua membutuhkan listrik.
- Untuk urusan pekerjaan lain, seperti kantor juga sering menggunakan laptop, komputer, dan printer yang tentunya sangat mengandalkan energi listrik.
Listrik yang digunakan tersebut berasal dari pembangkit tenaga listrik. Energi listrik yang dihasilkan kemudian dialirkan ke rumah, ke sekolah, pabrik, dan kantor menggunakan kabel-kabel penghantar. Ada beberapa sumber energi listrik yang berguna sekali bagi kehidupan manusia.
Apa energi yang digunakan untuk PLTA?
Pembangkit listrik tenaga air ( PLTA ) dihasilkan dari energi potensial air yang diubah menjadi energi mekanik oleh turbin dan energi tersebut yang selanjutnya diubah untuk menjadi energi listrik oleh generator dengan memanfaatkan ketinggian dan kecepatan air.
Sumber energi apa yang paling banyak digunakan manusia?
Listrik, Sumber Energi Paling Banyak Digunakan Rumah Tangga Indonesia.
Apa yang dimaksud dengan pembangkit tenaga listrik?
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas PLTU Indramayu, Jawa Barat 3×330 MW sedang dalam pembangunan. Pembangkit listrik adalah sekumpulan peralatan dan mesin yang digunakan untuk membangkitkan energi listrik melalui proses transformasi energi dari berbagai sumber energi, Sebagian besar jenis pembangkit listrik menghasilkan tegangan listrik arus bolak-balik 3-fasa.
- Selain itu, sebagian besar pembangkitan listrik menggunakan generator sinkron yang didukung oleh penggerak mula yang memperoleh energi dari bahan bakar atau sumber daya alam,
- Omponen utama di dalam pembangkit listrik meliputi instalasi energi primer, instalasi penggerak mula, instalasi pendingin dan instalasi listrik,
Jenis pembangkit listrik umumnya dinamakan sesuai dengan tenaga penggerak mula yang digunakan, antara lain air ( PLTA ), diesel ( PLTD ), uap ( PLTU ), gas ( PLTG ), gas dan uap ( PLTGU ), panas bumi (PLTP), dan nuklir ( PLTN ).
Siapakah Penemu PLTB?
Pembangkit Listrik – Kincir angin pertama kali digunakan untuk membangkitkan listrik dibangun oleh P. La Cour dari Denmark di akhir abad ke-19. Setelah perang dunia I, layar dengan penampang melintang menyerupai sudut propeler pesawat sekarang disebut kincir angin type propeler’ atau turbin,
Eksperimen kincir angin sudut kembar dilakukan di Amerika Serikat tahun 1940, ukurannya sangat besar yang disebut mesin Smith-Putman, karena dirancang oleh Palmer Putman, kapasitasnya 1,25 MW yang dibuat oleh Morgen Smith Company dari York Pensylvania, Diameter propelernya 175 ft (55m) beratnya 16 ton dan menaranya setinggi 100 ft (34m).
Tapi salah satu batang propelernya patah pada tahun 1945.
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu terbesar di Indonesia terdapat di mana?
PLTB Sidrap: Pertama, Terbesar, Ramah Lingkungan – Indonesia hebat! Ya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia memiliki (PLTB) di Sidrap, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Bahkan tidak tanggung-tanggung, PLTB ini merupakan yang pertama sekaligus yang terbesar di kawasan Asian Tenggara ().
- Presiden Joko Widodo meresmikan PLTB Sidrap yang berkapasitas 75 Mega Watt (MW) pada 2 Juli 2018.
- Perlu diketahui bahwa PLTB Sidrap merupakan komitmen pemerintah mewujudkan bauran energi primer Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025.
- Menurut Presiden Jokowi, PLTB Sidrap dibangun sejak Agustus 2015 dan telah mulai beroperasi pada awal 2018.
PLTB Sidrap total memiliki 30 menara baja kincir angin raksasa yang masing-masing tingginya mencapai 80 meter dengan panjang baling-baling 57 meter. Adapun kapasitas setiap turbin menghasilkan energi listrik sebesar 2,5 MW. Nantinya akan lebih dari 70 ribu pelanggan listrik dengan daya 900 VA yang dilayani oleh PLTB Sidrap.
PLTO singkatan dari apa?
Penelitian dan penerapan – Penelitian mengenai pemanfaatan energi dari laut telah dilakukan oleh beberapa negara. Negara-negara ini antara lain Amerika Serikat, Rusia, Kanada, Inggris, Prancis, Jepang, Belanda dan Korea, Energi yang dimanfaatkan yaitu ombak, pasang surut air laut atau panas laut.
- Negara yang telah banyak menggunakan pembangkit listrik tenaga ombak adalah Kanada.
- Inggris menjadi salah satu negara yang banyak meneliti pemanfaatan energi ombak untuk pembangkitan energi listrik.
- Onsep pengembangannya adalah memanfaatkan air laut secara tepat untuk melalui pusat pembangkit listrik.
Pembangkit listrik tenaga ombak dapat berlangsung dengan baik melalui sifat ombak yang selalu ada secara terus-menerus. Salah satu hasil ujicoba pembangkit listrik tenaga ombak pernah dilakukan di lepas pantai Skotlandia. Dalam ujicoba ini berhasil dibangkitkan listrik sebesar 500 kilowatt.